Kalau istilah feminisme pasti sudah akrab di telinga kita ya? Sebuah paham yang menginginkan adanya kesamaan hak dan kesempatan bagi kaum wanita. Bahwa wanita boleh berpendapat, boleh belajar, boleh bekerja, boleh memilih. Boleh melakukan apa yang dulu tidak boleh dilakukan hanya karena ia seorang wanita, punya vagina dan bukannya testis.
Tapi baru-baru ini aku terpikir, kenapa tidak ada maskulinisme ya? Paham yang memperjuangkan adanya kesamaan hak dan kesempatan bagi kaum lelaki. Hal ini membuatku resah... Sadar atau tidak, selain kaum wanita, sekarang ini sebenarnya kaum laki-laki juga sering kali mendapatkan tekanan dari konstruksi sosial.
Pertama, lelaki yang menyukai atau mengenakan warna pink, diasosiasikan dengan gay. Lelaki yang fashionable disebut gay. Pink dianggap warna yang feminim. Padahal, darimana sejarahnya warna pink dideklarasikan sebagai warna milik kaum wanita? Apa yang salah dengan seorang lelaki yang mengenakan warna pink, padahal pink hanyalah sebuah warna, sama saja dengan merah, hitam, biru, ataupun cokelat. Kenapa seolah-olah kejantanan seorang laki-laki, jika diukur dengan warna, hanya terbatas pada hitam, putih, atau warna-warna monoton lainnya?
Kedua, lelaki fashionable. Coba perhatikan koleksi fashion untuk lelaki. Kebanyakan, begitu-begitu saja dan tidak banyak perubahan berarti. Lain halnya dengan fashion untuk wanita. Ketika ada laki-laki yang fashionable, maka ia dianggap kurang laki-laki. Seolah laki-laki diidentikan dengan penampilan yang cuek, dan apa adanya. Padahal, memperhatikan penampilan juga bisa membuat bangga wanita yang berjalan bersamanya. Selain itu, fashion juga menyangkut cara kita mengekspresikan diri. Mengutip kalimat yang saya baca di salah satu majalah fashion terkemuka beberapa tahun lalu, 'Fashion is just not to impress, but too express'. So, why men are not allowed to express theirselves too? Why they are not allowed to express their sense of fashion?
Ketiga, laki-laki tidak boleh menangis, karena menangis menandakan dirinya lemah. Sejak kecil, seorang anak laki-laki sudah dididik untuk tidak menangis. Mereka sudah diajarkan untuk mematikan keran air mata mereka, dan mereka didoktrin bahwa air mata membuat mereka menjadi 'banci'. Kenapa? Padahal Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan untuk menangis sebagai salah bentuk ekspresi. Tidak peduli kamu ini laki-laki ataupun perempuan, kamu punya hak untuk menangis. Menangis bukan tanda cengeng dan lemah. Cengeng dan lemah adalah ketika kamu cuma bisa menangis, tanpa berbuat apa-apa... Bukan berarti kamu tidak boleh menangis...
Keempat, laki-laki tidak bebas berinteraksi dan mengekspresikan perasaannya kepada sesama laki-laki. Tidak seperti wanita, hubungan antara seorang laki-laki dengan laki-laki lainnya seperti sudah didoktrin harus memiliki dinding. Sedekat apapun hubungan mereka, di antara mereka pasti tetap saja ada dinding. Wajar pasti jika kita melihat dua orang wanita bergandengan tangan, berpelukan, atau tidur bersama. Kita pasti tidak akan berpikir macam-macam selain bahwa mereka itu sahabat. Tapi coba apa yang dipikirkan masyarakat jika ada dua orang laki-laki bergandengan tangan di tengah jalan? Sahabat atau bukan, masyarakat pasti akan langsung menganggap mereka itu pasangan gay. Padahal bisa jadi mereka itu sahabat, dan apa yang salah dari dua orang sahabat yang bergandenan tangan?
Keempat hal yang saya sebutkan tadi sebenarnya bukan sesuatu yang memang sejak awalnya tabu. Bukan sesuatu yang menurut suatu agama terlarang. Tapi semua itu merupakan hasil konstruksi sosial masyarakat. Masyarakat terlanjur mengkonstruksi laki-laki sebagai makhluk yang konstan, tidak boleh terlalu ekspresif, dan harus selalu menjaga citra kuatnya. Tidakkah itu menyedihkan bagi kaum laki-laki?
Jadi saya berpikir, kalau ada feminisme, kenapa tidak ada maskulinisme? Laki-laki juga boleh mengenakan warna pink, boleh fashionable, boleh menangis, dan boleh mengekspresikan perasaan mereka sebebas yang kaum wanita lakukan. Gay adalah masalah orientasi seksual, dan itu tidak bisa dibuktikan 100% hanya dengan melihat hubungan seorang laki-laki yang dinilai terlalu dekat dengan laki-laki lainnya bukan?
Hidup maskulinisme!