tak bosan-bosan
duduk di atas pagar tembok
lutut bergantung, terus mengayun
nakal tak mau diam
aku benar-benar tidak punya tujuan
menatapi semut menanjak berduyun-duyun
kemudian datang seorang manusia
berjenis kelamin laki-laki
bermata bulat dengan iris cokelat
buat aku ingin ditatap lebih lekat
tersenyum hangat
seolah senyumnya itu baru saja diangkat keluar,
dari oven besar Paman pembuat roti
laki-laki itu duduk di sebelahku,
kami bertukar cerita
menertawakan kehidupan
menangisi kebahagiaan
"Pernah ada yang bilang ke kamu kalau kamu itu nggak pernah sendirian?"
kamu orang pertama yang melakukannya
"Benarkah? Bodoh sekali mereka."
itu baru pertemuan pertama
siapa yang sangka setelah awal itu,
ada pertemuan-pertemuan selanjutnya?
aku senang bisa ditatap olehmu lebih lekat
menikmati senyummu yang legit
selegit langit jingga
lengket di hatiku
diawali dari pertemuan pertama,
siapa sangka mulut kita nakal bicara cinta?
sok sudah mengerti, merasa sudah menemukan
kenapa kita jadi manusia yang arogan?
sampai perbedaan cuma jadi slogan
kita seperti dua ekor merpati yang bertengger di sebuah dahan
ilusi waktu itu memang menghanyutkan
tadi itu adalah pertemuan pertama,
apa saat itu kita sudah tahu kalau kita akan saling jatuh cinta?
apa saat itu kita juga sudah tahu kalau kita akan jadi seperti sekarang?
tidak lagi bertukar cinta
tapi menyimpannya di tempat masing-masing
dibagi kepada yang lain
kita sudah tahu. kamu sudah tahu?
pertemuan pertama
terjadi bertahun-tahun yang lalu
seindah apapun, tetap saja
hampir seperti tidak pernah ada
No comments:
Post a Comment