Sore itu, selepas mengerjakan tugas di sofa ruang tunggu Pasca Sarjana bersama beberapa teman, kami melepas rasa penat dengan mengobrol hangat sambil menikmati es krim yang dingin. Favorit saya... :) . Senja, jingga, duduk di sofa yang nyaman, mengobrol dan tertawa bersama teman, dan saya punya es krim di tangan kanan saya. Lengkap.
Tema obrolan sore itu adalah 'cinta'. Seperti biasa, virus galau memang lebih mudah menyebar ketimbang virus bahagia. Diawali dari satu baris percakapan, berlanjut ke percakapan panjgn selama dua jam.
Ada satu pertanyaan salah satu teman saya yang sempat mengusik saya sore itu, "Kamu ini maunya mencintai apa dicintai sih?". Sesaat, saya diam. Jujur, saya ingin keduanya selayaknya orang lain. Dan sampai sekarang, saya belum menemukannya.
Teman-teman saya mempermasalahkan status 'kesendirian' saya. Mereka menganggapnya sebagai sebuah kebodohan emosional yang sama sekali nggak logis. Saya pikir saya setuju dengan mereka, di bagian pernyataan keduanya. Tapi saya pribadi nggak pernah merasa aneh dengan status kesendirian saya ini. Sebaliknya, saya menikmatinya secara wajar.
Saya bukan tidak mau punya seseorang, saya cuma tidak mau sembarang orang. Tidak mau pacaran hanya untuk supaya ada orang yang mengucapkan, "Semangat ya...", atau mengirimi pesan selamat tidur. Saya tidak hanya mencari itu. Saya akui, saya rindu ada orang yang memperhatikan saya dengan spesial seperti itu, tetapi bukan berarti saya harus mencari seorang pacar untuk mendapatkannya.
Saya sudah pernah mengalami masa-masa pencarian yang melelahkan itu. Menyukai orang yang tidak menyukai saya, disukai orang yang tidak saya sukai, saling menyukai tetapi kemudian saya pada akhirnya sadar bahwa saling menyukai saja tidak cukup, pindah dari satu relationship ke relationship lain. Dan sekarang saya sadar, saya lelah juga bosan. Bukan semua itu yang saya butuhkan.
"Carilah maka kamu akan mendapatkan..."
Sebenarnya saya tidak terlalu suka konsep mencari. Sebut saja saya bodoh, tetapi saya lebih suka menunggu, menunggu orang yang tepat yang hadir di saat yang tepat. Saya pikir buat apa pacaran kalau tidak dengan orang yang tepat? Hanya untuk mendapatkan ucapan selamat tidur setiap hari? Saya merasa konsep seperti itu sama sekali bukan saya. Baiklah, silakan menyebut saya ribet dan kompleks... Saya sudah biasa mendengarnya. Tapi apa yang salah dengan menjadi ribet dan kompleks?
Meski akhirnya,
saya pikir saya juga tidak benar-benar 100% menunggu. Saya juga sedikit demi sedikit, perlahan mencari. Hanya saja sekarang ini saya tidak terlalu cepat memilih.
Mencari, tetapi tidak terburu-buru MERASA menemukan. Saya pikir manusia tidak harus mencari pasangan hanya karena tidak mau merasa sendiri dan dibilang nggak laku. Apakah pandangan orang lebih penting daripada perasaan diri sendiri? Kalau saya, enggak.
Mencari, tetapi tidak terburu-buru MERASA menemukan. Saya pikir manusia tidak harus mencari pasangan hanya karena tidak mau merasa sendiri dan dibilang nggak laku. Apakah pandangan orang lebih penting daripada perasaan diri sendiri? Kalau saya, enggak.
Saya tidak punya tipe atau ukuran yang pasti. Saya biarkan semuanya mengalir, Tuhan yang atur. Saya cuma melakukan porsi saya, berkarya, melayani, berinteraksi, dan menunggu, yah... sedikit-sedikit mencari dan melihat-lihat... :D
Ya, saya menunggu. Saya menunggu ada orang yang tepat yang datang di saat yang tepat, yang berkata pada saya,
Ya, saya menunggu. Saya menunggu ada orang yang tepat yang datang di saat yang tepat, yang berkata pada saya,
"Aku bukan manusia sempurna. Namun aku masih memiliki mimpi. Aku tahu kamu juga begitu. Jadi bagaimana kalau kita berdua berjalan bersama? Dengan begitu kita bisa saling mengisi."
-amare-
terkadang dicari setengah mati, namun datang begitu saja ketika kita mulai lelah mencari
Dan saya tahu saatnya akan tiba ketika memang sudah saatnya. Bukan sekarang, tetapi saya yakin nanti...
No comments:
Post a Comment