Ada terlalu banyak ruang kosong. Kosong karena ditinggalkan, atau karena memang tidak pernah diisi. Akhirnya, terbuang percuma. Teronggok sia-sia. Keberadaannya jadi tidak memiliki arti. Useless...
Aku pikir itu masalahnya. Aku merasa ada yang kosong, tanpa pernah tahu alasan sebenarnya kenapa aku merasa kosong. Sebenarnya, aku merasa kosong karena selama ini ruang tersebut memang aku biarkan kosong. Rasa takut, ragu, dan gengsi membuatku memilih membiarkan ruang itu tetap kosong dan menolak siapapun atau apapun yang berniat mengisinya.
Ketika ada sesuatu atau seseorang yang hadir dan ingin mengisinya, aku akan menarik diri, menghindar dan lari. Kurang-lebih seperti itu, seperti pengecut. Ya, aku menyebut diriku sendiri kurang berani. Aku ingin merasakan sesuatu tanpa pernah berani terjun langsung merasakan semua itu. Hanya duduk diam di pinggiran, menunggu kecipratan.
Aku takut. Aku takut mencintai ketika aku tahu aku harus kehilangan. Aku takut mencintai ketika aku sadar bahwa mau bagaimanapun tidak mungkin ada jalan. Seperti yang terjadi bertahun-tahun lalu. Aku takut mengakui pada diriku sendiri bahwa yang aku rasakan pada Lelaki Senja itu berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Aku takut mengakui bahwa aku sanggup berjuang mempertahankan kami sekalipun usiaku belum genap 16.
Yang ada di pikiranku saat itu adalah bahwa aku cuma gadis berusia 15 tahun, yang tidak bisa apa-apa. Aku terlalu pengecut untuk menuruti permintaannya dan mempertahankannya. Baiklah, itu sebuah kesalahan. Dan aku merasa kosong sekarang.
Tapi kini, aku sadar apa yang harus aku lakukan. Mungkin waktu memang tidak mungkin kembali, dan kesempatan nggak pernah datang dua kali. Tapi bukan berarti aku tidak bisa mendapatkan semuanya lagi? Bukan berarti aku tidak bisa merasa lengkap lagi. Sekarang ini, sedikit demi sedikit aku juga mulai merasa kembali 'lengkap'. Aku punya kehidupan yang menyenangkan yang tidak henti-hentinya aku syukuri, dan aku sedang belajar membuka diriku lebih luas lagi.
Aku tidak mau takut bertaruh lagi. Aku mau kembali bermain sekarang... Ingin terjun, bukan cuma menanti cipratan dari pinggiran. Aku mau jatuh cinta, berani dicinta, dan merasa hidup. Dan aku menikmatinya...
Seperti ketika saat aku bisa menghabiskan waktu berdua dengan kamu, mengobrol dan sedikit-sedikit bercanda, seperti apapun bentuk interaksi di antara kita, begitu aku nikmati. Bisa melihatmu dalam satu hari, dan berpikir betapa miripnya kita satu sama lain, aku menikmatinya... Meski aku sendiri nggak tahu akan kemana semua ini berujung, dan aku masih saja merasa kita tidak punya jalan. Tapi aku memberanikan diri mengakui, dan tidak mau berbohong pada diriku sendiri. Aku mengagumi kamu, mata dan senyummu, pribadimu, pemikiran-pemikiranmu, caramu memandang sesuatu, mimpi-mimpimu dan caramu menceritakannya, termasuk segala hal dalam hidupmu.
Terima kasih karena telah membuatku terbangun dan berani jujur...
No comments:
Post a Comment