Thursday, 31 May 2012

Tentang Kegelapan yang Sering Kali Didiskreditkan

Lagi suka nulis tentang kegelapan dan cahaya. Entah kenapa. Mungkin karena lagi ingat sama hubungan yang kekurangan cahaya? OK, enough with those silly stuffs.

Kembali ke topik yang sebenarnya, banyak orang yang aku kenal takut sama kegelapan. Sisanya, bukan takut tapi tidak suka. Jarang ada orang yang menyukai kegelapan. Mereka bilang kegelapan itu menakutkan, membuat kita merasa dibekap sepi, dan merasa sendiri. Banyak manusia benci merasa sendiri.

Aku, aku suka kegelapan. Tidak sejak kecil, waktu kecil aku takut kegelapan. Tapi entah sejak kapan aku jadi berbalik menyukainya. Mungkin kasusnya sama dengan menyukai seorang cowok yang sebelumnya setengah mati kamu benci dan kamu maki-maki. Yang jelas tiba-tiba saja pada suatu hari, aku melihat kegelapan itu indah sekali... Aku melihat seni dan suatu pengorbanan dalam kegelapan.

Kita tidak akan tahu terang tanpa adanya kegelapan. Kita tidak akan pernah menghargai cahaya jika kita tidak pernah merasakan kegelapan. Sama halnya dengan kamu tidak akan tahu bahwa es krim itu manis dan enak, kalau kamu belum pernah merasakan rasa pahit dari obat misalnya? Kira-kira seperti itu.

Waktu kecil aku selalu ingin jadi cahaya. Aku selalu berdoa, "Tuhan, jadikan aku cahaya..." Hingga suatu malam aku berpikir, tidakkah doaku ini kelewat egois? Bagaimana kalau Tuhan tidak mau aku jadi cahaya? Bagaimana kalau Tuhan punya kehendak lain?

Maka dari itu, aku mengubah doaku. Tidak lagi memaksa untuk dijadikan cahaya, tetapi menyerahkan semuanya kepada Dia. Aku berdoa, "Tuhan, aku mau jadi cahaya. Jadikanlah kalau memang itu kehendak-Mu. Kalaupun enggak, nggak pa-pa kalau kamu mau jadiin aku kegelapan. Jadilah... Jadikanlah aku kegelapan yang mampu membuat orang lain menghargai setiap cahaya yang dia miliki dalam hidupnya."

Sekarang ini, jujur saja, aku belum tahu apakah aku ini terang atau kegelapan.

No comments:

Post a Comment